Daftar Isi
Daftar Isi

Novel Anak Berkebutuhan Khusus Part 25

Novel Anak Berkebutuhan Khusus Part 25 Part sebelumnya- Novel Anak Berkebutuhan Khusus Part 22 "Iya sayang, Kita dandanin aja dia segembel mungkin

Novel Anak Berkebutuhan Khusus Part 25

Part sebelumnya- Novel Anak Berkebutuhan Khusus Part 24

Novel Anak Berkebutuhan Khusus Part 25


"Iya sayang, Kita dandanin aja dia segembel mungkin pasti banyak yang kasihan sama dia." Ujar Joko.


"Heh, Bapak macam apa kamu ini! Nafkahin jarang malah nyuruh anak ngemis, Ngamen, Apa kata orang nanti kita gak bisa ngehidupin, Makin dihina-hina lah kita!." Protes Marni kesal.


"Ngapain kamu ngurusin kata orang? Bikin hidup gak maju aja! Kamu tau temanku yang namanya Yudhi? Ngemis aja penghasilannya tiga ratus ribu perhari, Anak dan istrinya ngamen udah dapetin limaratus ribu perhari, Itu termasuk sepi. Kalau ramai bisa-bisa satu juta lebih Mar." Jelas Joko.


"Ih banyak amat, Emang iya sih. Kalau ngemis pakaiannya dan serba compang-camping tapi kalau lagi piknik itu hedon banget gaya istrinya. Emas setoko dipakai semua. Kayak toko emas jalan hahaha." Marni mulai tergiur.


"Namanya juga ekting biar dikasihani orang Mar, Yang penting pas selesai kerja kan bisa bergaya, Makan enak, Jalan-jalan, Rumah bagus, Baju bagus, Aku juga mau kamu punya perhiasan yang banyak biar makin cantik hehe. Ngapain juga pakai malu kalau ngemis." Bujuk Joko.


"Eh tapi nggak ah masak si Luluk suruh ngemis, Apa gak kasihan nanti kalau hilang bingung sendiri kita kan, Dia juga masih blo'on belum tau jalan." Kata Marni bimbang.


"Kan ada aku Mar, Biarlah aku awasi dari kejauhan dikit. Biar aman keselamatan dan hasil uang yang dia dapatkan. Kalau kamu masih mau kerja ya silahkan, Serahkan semuanya pada Mas Joko." Senyum Joko puas.


"Ah yaudah deh Mas, Kamu atur aja enaknya kayak gimana, Aku capek, Mau tidur." Ucap Marni sambil menguap lalu menarik selimut sembari berbaring.


"Iya sayang, Tapi bolehkan besok diajak cari cuan anak kita, Saya ajarin minta-minta." Bujuk Joko.


"Terserah. Lebih cepat lebih baik mungkin. Duit makin menipis nih. Oh ya anakmu kasih makan dulu gih! Nangis mulu dari tadi, Kalau gak diam aku gak bisa tidur." Perintah Marni pada Joko karena mendengar tangisan Luluk.


"Siap, Ibu Komandan." Joko pun bergegas memberi makan Luluk.


Keesokan harinya ketika jam menunjukkan pukul enam pagi Marni terbangun, Alangkah terkejutnya melihat Luluk sudah didandani ala pengemis oleh Joko. Marni berteriak,


"eh, Ngapain anak kita kamu dandanin kayak gelandangan gini, Ya ampun!"


Dengan santai Joko menjawab, "Kan mau ngemis Say, Iya kalau kamu dandan cantik soalnya jaga warung, Biar menarik, Kalau ngemis biar orang simpati."


"Masalahnya hari ini hari Senin tolol! Dia habis ini waktunya sekolah. Kurang setengah jam lagi udah waktunya upacara. Udah pikun ya?" Bentak Marni.


"Halah, Masih jaman ya sekolah itu? Masih penting? Ngapain ikut upacara Mar? Hidup kita masih susah! Belum benar-benar merdeka?" Bantah Joko.


"Penting lah sekolah itu! Biar pinter, Biar sukses, Biar gak kayak bapaknya. Apanya yang belum merdeka? Udah merdeka sebelum aku dilahirkan kali! Cuman nasibku aja yang apes punya suami sering nganggur. Akhirnya apa-apa serba susah. Jangan nyalahin pemerintah emang dasar kamu nya aja yang malas! Biar ngemis tapi tau waktu lah. Biar dia sekolah dulu!" Celoteh Marni.


"Bego! Buat apa aku nyalahin pemerintah. Dengerin ya Mar. Kamu ini gak paham sistem apa?. Percuma mau pinter kalau gak ada orang dalam ya gak bisa diterima kerja di perusahaan yang bonafid! Mau buka usaha juga butuh modal besar dan dobel-dobel. Izin sana-sini, Suap sana-sini kalau mau aman. Persaingan ketat Mar! Kita kalau gak ada pemasukan lebih dari kebutuhan makan ya jangan mimpi anak bisa sukses dengan sekolah doang!" Bantah Joko lagi.


"Lu yang bego. Gak usah bahas politik didepan istri yang jarang kamu kasih duit! Kalau kamu pinter, Pinter lah cari duit biar anak istrimu gak kesusahan!" Gertak Marni.


"Susah Mar, Yang kesusahan ekonomi bukan cuma kita doang. Siapa sih jaman sekarang yang gak susah? Lowongan kerja sulit, Gaji gak sebanding dengan jumlah kebutuhan.."


Marni memotong, "diam! Tutup mulutmu yang sok pintar itu! Ganti pakaian Luluk dengan seragam sekolah! Cepat nanti telat!" 


Sementara Luluk menangis meraung-raung ketakutan melihat kedua orangtuanya adu mulut dan saling bentak.


"Gak akan! Jangan percaya sama bisnis ilmu! Teman-temanku banyak yang sarjana tapi nganggur!" Tolak Joko.


"Mereka nganggur karena malas! Gengsian! Aku yang cuma tamatan sekolah dasar aja bisa cari duit! Cepat siapkan sekolah anakmu!" Marni makin emosi.


"Gak akan Mar! Percuma, Luluk gak mungkin bisa pintar dan sukses!" Tegas Joko yang membuat mata Marni terbelalak makin emosi.


"Mending kalau normal. Kamu tau sendiri anak kita kayak ada kelainan! Kayak setengah gila atau kurang dari seratus. Mau disekolahkan seumur hidup juga aku jamin gak bakal bisa pinter, Sukses, Gak nyusahin kita aja untung." Ujar Joko putus asa.


Pryaaaang. Marni melempar piring ketembok hingga memantul kesembarang arah. Lututnya mulai melemas, Airmatanya tak terbendung lagi. Dia teringat sewaktu dulu ada seorang psikolog yang bilang bahwa Luluk adalah anak berkebutuhan khusus maka disarankan untuk tidak menyekolahkannya disekolah umum. Adapun terapis yang ditawarkan itu termasuk mahal bagi Marni. Marni menyadari anaknya lain daripada yang lain, Anaknya terlambat dalam segala hal. Kini ia menangis rapuh. Merasa hidup ini tidak adil, Sudah miskin harta, Miskin ilmu, Miskin kehormatan, Miskin moral. Dia tak tau harus dengan cara apa lagi harus beranjak dari zona keterpurukan.


"Mamama .." Melihat Marni lemas dan menangis maka Luluk pun mendekati dan ingin memeluk Marni.


Niat Luluk ingin menenangkan ibunya, Tapi sungguh hal tak terduga dilakukan oleh Marni.


Braaaakkk.


"Mar, Apa kamu sudah gila?" Pekik Joko.


Bersambung ..

ANAK Anak Berkebutuhan Khusus NOVEL