NOVEL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS BEDA KASTA BEDA FASILITAS Part 07 - intancahya.com
CERITA KELUARGA - CERITA SEBELUMNYA -
Setelah beberapa saat terdiam, Edwin menatap Diffarina gusar.
“Sayangku. Sudahlah kamu jangan terlalu
terobsesi untuk itu. Ini kita tolong yang ada didepan mata dulu lah!”
“Mana ketua RT nya?” Tanya Edwin kepada
orang-orang disana.
“Saya Tuan,” Jawab Pak Ahmad selaku ketua
RT.
Semua orang telah mengetahui sejak lama
bahwa Edwin ialah putra dari Ibu Hj Mardiyah selaku pemilik kontrakan yang
mereka tinggali. Tak ayal mereka sangat patuh dan menghormati Edwin.
“Tolong Bapak sewakan mobil, Bapak antar nenek ini kerumah sakit. Ini uangnya.” Perintah Edwin sembari menyerahkan uang sebesar lima juta rupiah kepada Pak Ahmad.
Sementara Pak Ahmad dan semua warga melongo
melihat lembaran uang berwarna merah yang masih licin dan rapi. Tentunya habis
diambil dari ATM. Dihitungnya dengan gemetar oleh Pak Ahmad.
“Lima juta rupiah saudara-saudara. Pak Amin
ayo ikut saya bertugas!” Pak Ahmad memberitahu jumlah nominal uang pada seluruh warga dan meminta wakil ketua RT
untuk menemaninya.
“Tidak .., Saya tidak mau dibawa kerumah
sakit. Saya sehat bapak ibu. Saya cuma mau sama Luluk huhuhu .., Dimana dia
sekarang.” Tangis Mbok Nah pecah.
Pernyataan Mbok Nah membuat semua orang
heboh. Ada yang sontak menyalahkan Marni, Ada yang bercerita duduk perkara
pindahnya Marni, Sampai tabiat jelek Joko dan Marni pun dibahas.
Diffarina berlari menuju Mbok Nah lalu
memeluknya erat.
“Nenek, yang sabar ya. Nenek sudah jangan
menangis. Habis ini kita cari Luluk ya. Syaratnya Nenek harus diam, Cup.”
Melihat Maminya memeluk orang lain. Aldino
pun merasa cemburu.
“Mamiku jangan rebut!, Mami ayo pulang!
Huhuu ..,”
Sayangnya suara Aldino tak begitu terdengar
oleh Diffarina sebab ramainya suasana.
“Halah Mbok Nah ngapain nyari Luluk? Anak bandelnya minta ampun aja dicari. Biarin saja pergi!” Ujar Mak Sundari.
“Betul Mbok. Biarin diasuh sama Mak
Bapaknya sendiri, Mbok itu sudah tua mau-maunya dibikin babu sama anak!” Tambah
Mak Iyem.
“Hmm benar-benar anak durhaka ya Marni
itu!” Kompor Bu Lastri yang masih kesal dengan Marni.
“Tapi bagaimanapun aku berat sama cucuku.
Aku gak tega. huhuhu …,” Mbok Nah masih menangis.
BACA JUGA : NOVEL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS BEDA KASTA BEDA FASILITAS Part 10
![]() |
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS BEDA KASTA BEDA FASILITAS PART 07 |
“Sudah Nek. Sabar..”
“Diffa …, Kamu tidak dengar anakmu
menangis?” Bentak Edwin membuat semua orang terdiam.
Sementara Aldino sudah menangis
bergulung-gulung ditanah. Edwin kewalahan mengemongnya. Sontak Diffarina
berlari menuju putranya.
“Sini sayangku! Mami milikmu.” Tenang
Diffarina lalu mendaratkan pelukannya pada Aldino.
Aldino perlahan mulai diam.
“Ibu-ibu , Bapak-bapak. Saya sudah berusaha
membantu. Kalau yang bersangkutan tidak mau berobat ya terserah. Silahkan Pak
RT kasih uangnya tadi untuk nenek ini. Biar buat kebutuhannya yang lain. Saya
permisi dulu!” Tukas Edwin.
“Ayo naik kemobil!” Perintah Edwin pada istrinya.
Melihat ekspresi dingin pada suaminya.
Diffarina pun menurut saja.
“Terimakasih Nak. Mbok doakan kalian semua
sehat selalu, Murah rezeki, Dikaruniai anak-anak yang sholeh sholeha.” Ucap
Mbok Nah beserta doanya penuh haru.
Namun tidak ada jawaban dari Edwin. Dia
langsung menancap gas dan melaju dengan kencang. Diperjalan Diffarina
memprotesnya.
“Ya Tuhan, Pelan-pelan Papi! Anak kita
takut!”
Sssssrtttt .. Edwin memelankan laju mobil
kala mengetahui putra tercintanya ketakutan.
“Kamu bisa nggak sih, Menolong orang boleh
tapi jangan sampai nyusahin diri sendiri. Semua orang dikontrakan tersebut
ruwet semua. Gak usah diturutin maunya, Kasih uang cukup biar mereka urus
urusan mereka sendiri!” Omel Edwin pada Diffarina.
“Tapi gak kayak gitu juga yang mereka
butuhkan Pi. Adakalanya mereka itu…”
“Cukup Diffa, Urusan pekerjaanku masih
banyak. Aku minta kamu jangan bahas mereka lagi. Dah anggap saja mereka sudah
ditakdirkan bodoh dan susah. Karena mereka itu malas. Malas bekerja
sungguh-sungguh dan belajar. Aku dulu juga susah. Tapi mau berubah, Mau nerima
pengetahuan baru. Akhirnya nasibku pun berubah. Tidak seperti mereka, Memupuk
kebodohannya saja!” Potong Edwin.
Diffarina hanya terdiam seribu bahasa. Hati
nurani ingin menolong namun keadaan belum memihaknya.
Kembali pada Marni, Luluk, Joko dan Pak
Baryono telah sampai dirumah Pak Baryono. Juragan truk tersebut menyuruh Luluk
dan keluarga kecilnya tinggal dirumah keduanya. Tak hanya itu, dia juga
memberikan Joko pekerjaan sebagai kernet dengan bayaran lebih mahal daripada
yang lain. Tujuannya tak lain agar Joko pergi keluar kota, Sedangkan Marni bisa
menghabiskan banyak waktu bersamanya.
Rupanya jebakan Pak Baryono berhasil. Joko
mulai bekerja. Dia ikut muat keluar kota mulai hari ini. Sepeninggal keberangkatannya.
Jiwa buaya Pak Baryono bergelora. Tubuhnya yang masih perkasa dengan gaya
busana yang kekinian membuatnya percaya diri menguasai Marni. Dibanding dengan
suami Marni yang kurus kering, Dekil, serta bau khas tuak bercampur tembakau
melekat (Pemabuk dan perokok berat).
Seperti biasa Luluk dibiarkan bermain
dijalanan sendirian. Sementara Marni dan Pak Baryono berbincang-bincang diatas
shofa.
“Mas Baryo, Aku boleh minta tolong nggak?”
Tanya Marni.
“Minta tolong apa Dik? Katakan, Apa sih
yang gak aku berikan buatmu?” Tanya Baryono balik sembari memegang tangan
Marni.
“Ahh .., Jadi gak enak nih selalu minta
tolong sama Mas Baryo.” Kata Marni basa-basi
kecentilan. Sesekali dia menonjolkan bagian tubuhnya yang dianggap
bagus.
“Ayolah, Tidak apa-apa. Kayak ngomong sama
siapa saja kamu ini.” Lanjut Baryo dengan membelai rambut Marni.
“Jadi gini, Seperti yang Mas Baryo tau, Suamiku sudah lama nganggur, Tanggunganku banyak. Alhasil aku banyak hutang dikampung lamaku. Mana mereka galak-galak, Nagihnya sambil marah-marah lagi, Aku jadi tertekan..” Jelas Marni kesal.
“Berapa sih utang kamu?” Tanya Pak Baryo
“Banyak. Beda orang. Total tiga juta.”
Marni mulai memonyongkan bibirnya.
“Halah kalau cuma segitu kecil. Biar Mas
lunasin Beb, Jangan cemberut!” Ucap Pak Baryo enteng.
“Serius? Iya nanti aku cicil buat
ngembalikin ke Mas.” Marni pun tersenyum.
“Halah tidak usah, Kamu ambil saja. Tak
usah dikembalikan. Tapia da syaratnya.”
Marni mengkernyitkan dahinya pertanda
bertanya.
“Temani tidurku malam ini!” Bisik Pak Baryono.
“Apa?” Marni pun terkejut. Tapi dia sudah
menduga kemauan Pak Baryono.
“Bagaimana kalau tidak mau, Saya tidak
memaksa.”
“Emmmmm ..,”
cerita selanjutnya
part 08 ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS BEDA KASTA BEDA FASILITAS
KARYA : INTAN CAHYA