NOVEL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS BEDA KASTA BEDA FASILITAS Part 08 - intancahya.com
NOVEL KEHIDUPAN - CERITA SEBEKUMNYA
Tanpa berpikir Panjang Marni langsung mengiyakan tawaran Pak Baryono.
“Tapi jangan bilang siapa-siapa ya Mas!
Nanti kalau sampai suamiku tau bisa digorok aku.”
Pak Baryono pun segera melingkarkan
tangannya kepinggang Marni. Dia segera menuntun Marni kedalam kamar.
“Tenang saja. Aku rahasiakan dari siapapun.
Sekarang ya Sayang, Aku sudah tidak tahan.”
Hujan deras mengguyur bumi. Udara dingin
menyelimuti. Luluk yang sedang bermain diluar pun basah kuyup kehujanan. Dia
merasa lapar dan kedinginan. Masuklah dia kedalam rumah, Niatnya ingin meminta
makan pada ibunya. Namun apalahdaya, Ibunya lengah menghabiskan dinginnya malam
dengan kehangatan pria selingkuhannya tanpa terpikir sedikitpun tentang anaknya.
Luluk melangkah kedalam rumah. Terdengar
suara erangan kenikmatan kedua insan yang bercumbu didalam kamar. Diintiplah
oleh Luluk dari lubang kunci. Luluk tentunya tak paham dengan apa yang kedua
orang dewasa itu lakukan. Yang dia ingat saat Ibunya didalam kamar dia dilarang
keras mengganggu, Jika tidak dia bakal dihajar seperti sebelumnya.
BACA JUGA : ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS BEDA KASTA BEDA FASILITAS Part 05
![]() |
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS |
Namun suara perutnya makin keroncongan.
Dengan segenap kekuatan dia tidak mampu menahan rasa perih akibat lapar. Gadis
kecil itu pun menangis. Membubarkan fokus Marni dan Baryono dalam bercinta.
“Anak kamu nangis tuh. Urusin dulu!”
Perintah Baryono sambil menghentikan permainannya.
Marni tampak gusar. Digunakanlah sehelai
handuk untuk menutupi tubuhnya.
“Ada apasih Luk. Kamu itu dikit-dikit
nangis. Ya ampun dasar anak bandel! Mandi hujan kamu ya. Sampek baju baru ganti
udah basah kayak gini he! Ayo cepat ganti baju!” Omel Marni .
“Hhuhuhuhuhu .. Aaakk …, “ Luluk memegang
perutnya dan membuka mulutnya.
Marni paham bahwa maksud dia meminta makan.
Akhirnya digantilah semua pakaian Luluk. Marni memberi dua buah roti sisir
kepada Luluk. Luluk pun memakan dengan lahab didepan pintu kamar.
“Ayo Mas. Diteruskan. Maaf tadi ada
spongsor sebentar.” Ucap Marni sambil membuang handuk yang menutupi tubuhnya.
“Gila! Ada anak kamu Dek!” Baryono panik.
“Dah lah Mas, Anak segitu mana ngerti.”
Akhirnya mereka melanjutkan hubungan laknat
tersebut tanpa memperdulikan ada anak kecil yang menyaksikannya. Satu jam
kemudian permainan mereka pun selesai. Baryono segera menyodorkan segebok uang
lembaran merah pada Marni.
“Nih uang tiga juta yang kamu butuhkan. Aku
genapkan jadi lima juta. Karena aku puas sekali dengan pelayanan kamu.” Katanya
lalu memperbaiki resleting celananya.
Dengan mata terbelalak kegirangan, Marni
segera menerimanya. Diciumilah uang tersebut.
“Kalau kamu mau lagi, Kita bisa kita
lakukan lagi besok-besok.” Ucap Baryono manis.
“Boleh Mas, Selagi tidak ada Mas Joko. Mas
Baryono pun jadi hehe. Makasih banyak Mas. Suamiku saja tidak pernah memberiku
sebanyak ini.” Balas Marni.
Keduanya pun memakai pakaiannya
masing-masing. Kemudian Baryono berlalu. Tinggalah Marni sendiri dengan sejuta
hayalannya ingin menjadi kaya. Lalu memamerkanya pada tetangga-tetangga yang
sering menghinanya. Pada akhirnya Marni terlelap seiring dengan tidurnya Luluk
dilantai yang tidak diperdulikannya.
Kembali kepada kehidupan Edwin dan Diffarina. Sesampai mereka dirumah. Edwin segera bersiap pergi karena ada urusan kerja. Sementara Aldino telah terlelap diatas springbed seharga puluhan juta dengan selimut tebal yang menghangatkannya.
Truutt. Truuttt Diffarina menelpon ayahanda
tercintanya.
“Hallo My Princes. Ada apa? Apa jagoan
kakek sudah tidur?” Terdengar suara ayahnya Diffarina dalam sambungan telepon.
“Dia sudah tidur Ayah. Apakah ayah sedang
sibuk? Aku ingin bicara.”
“Oh bicaralah Putriku. Ada apa?”
“Seperti yang Diffa ceritakan kemarin Ayah.
Tentang gadis kecil yang Diffa tolong diperempatan lampu merah. Entahlah Ayah,
Semenjak kehadiran Aldino, Aku jadi terpikir bagaimana nasib anak ABK
diluarsana yang kurang beruntung dalam arti ekonominya sulit, Orang tuanya tidak
paham psikologi. Lingkungan tempat tinggalnya toxic, Kasihan sekali pastinya.”
Jelas Diffa.
“Barangkali Ayah terbuka hatinya untuk
membuka panti atau TPAC gratis bagi anak ABK yang tidak mampu. Insyaallah itu
akan memudahkan mereka. Bukankah mereka juga berhak mendapatkan pendidikan ?”
Imbuhnya.
“Luar biasa. Ayah senang kamu memliki rasa
peduli yang tinggi terhadap orang lain. Tentu saja hati nuraniku terketuk untuk
setuju denganmu.” Jawab Sang Ayah.
“Alhamdulillah ..,”
Diffarina pun merasa senang karena ada yang
mendukung niat mulianya.
“Kira-kira kapan Yah kita bikin rencana
yang lebih lanjut soal ini?”
cerita selanjutnya ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS BEDA KASTA BEDA FASILITAS Part 09
KARYA : INTAN CAHYA