NOVEL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS BEDA KASTA BEDA FASILITAS Part 06 - intancahya.com
NOVEL KEHIDUPAN - CERITA SEBELUMNYA - “Kita jemput Aldino dulu lah mami, Nanti kalau telat jemput gak enak sama Bu Eliz.” Jawab Edwin.
Akhirnya Diffarina mengikuti pinta Edwin.
Bi Asih memberi alamat kontrakan Luluk, Barangkali mereka ingin berkunjung
kesana.
Sesampai dirumah kontrakannya Marni segera
meletakkan Luluk lalu dikemasilah semua pakaiannya, Pakaian Luluk dan Joko.
“Alhamdulillah cucu Mbok sudah ketemu.”
Ucap Mbok Nah sesengukan sembari memeluk erat Luluk,
Luluk pun nyaman dipelukan Mbok Nah.
Mengingat Mbok Nah lah yang merawatnya setiap hari. Marni hanya sibuk bekerja
diwarung kopi. Kalaupun libur dia sibuk piknik dan reunion dengan teman-teman
satu gengs nya.
“Ya Allah Mar. Ketemu dimana anakmu?” Tanya
Mbok Nah namun tidak dijawab oleh Marni.
Mbok Nah pun menoleh kedalam rumah. Betapa
terkejutnya dia saat melihat Marni dan Joko berkemas.
“Lho kalian mau kemana?” Tanya Mbok Nah
kebingungan.
Namun mereka masih tidak menjawab, Seolah
pertanyaan Ibunya tidaklah penting.
“Kalau ditanya orangtua itu jawab, Jangan diam
aja kayak kebo!” Bentak Mbok Nah.
“Mau pergi Buk! Sudah gak betah aku,
Semuanya kayak tai!” Jawab Marni kesal.
“Lohh kamu mau pergi kemana? Luluk
bagaimana?”
“Mau cari kontrakan baru buk. Luluk ya kami
ajak.” Jawab Joko singkat.
Mbok Nah yang masih tidak percaya dengan rencana
mereka pun kembali bertanya,
“Apa? Gak salah dengar? Mau pindah kemana?
Disini saja kamu sering nunggak bayarnya padahal sama hajah Mardiyah sudah
sering dipotong. Ini juga kontrakan paling murah dibanding ditempat lain.”
“Kalau kami tinggal disini terus ya tidak
ada kemajuan Buk!” Seru Joko.
“Tidak ada kemajuan gigimu! Kalau mau hidup
maju ya kerjalah kamu! Kamu saja pengangguran banyak acara mana mampu kasih
makan anak cucuku!” Bantah Mbok Nah emosi
“Sudah buk cukup! Sampai kapan ibuk selalu
ikut campur masalah rumah tangga kami! Lagipula aku sudah kerja kok, Terserah
akulah mau tinggal dimana!” Balas Marni membela suaminya.
“Tapi gaji kamu satu juta lima ratus dari
warung kopi mana cukup Mar? Buat beli bedakmu saja sudah tinggal berapa? Terus kalau kamu kerja
siapa yang merawat Luluk?” Cecar Mbok
Nah.
Mengingat selama ini gaji Marni tak mungkin
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Apa lagi suaminya pengangguran.
Sedangkan untuk menyokongnya mereka bergantung pada transfer dari Marlinah.
Adik kandung Marni yang bekerja di Hongkong. Sedangkan yang merawat Luluk
sepenuhnya adalah Mbok Nah. Marni hanya sibuk bekerja jaga warung kopi selama
sepuluh jam perhari. Kalaupun ada libur, Dia pasti pergi Bersama teman-teman
satu gengnya tanpa mengajak anak.
baca juga : NOVEL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS BEDA KASTA BEDA FASILITAS Part 09
“Ahh udahlah Buk. Dipikir nanti. Dijalani
aja dulu. Kalau dipikir terus kapan jalannya!” Bantah Marni.
Joko dan Marni sudah selesai berkemas.
Mereka menunggu jemputan dari sahabat mereka diteras. Muncullah Mak Iyem dari toko Bu Paini yang bersebelahan dengan
rumah Marni.
“Eh bayar dulu utangmu padaku sebelum
minggat!” Seru Mak Iyem yang sudah sedari tadi menguping.
“Tetangga kurang ajar! Pasti kalian
menguping kan!” Bentak Marni.
“Eh Marni minggat boleh tapi bayar hutang
dulu , Numpuk nih bonmu ditokoku!” Kata Bu Paini.
“Iya nih, Dia banyak hutang sayur dan ikan
dilapakku.” Imbuh mak Iyem
“Heh iya aku gak
lupa kok! Kasih jangka waktu dulu dong! Saya mau pergi merantau, Nanti kalau
aku sudah sukses aku bayar utangku sekalian tak beli toko kalian!” Kata Marni
tak mau kalah.
“Huuuu …, Preeet apa-apa di kerjain emak
aja pakai merantau!” Ejek Bu Paini.
“Sok tau kalian, Ah udahlah bisa-bisa aku
ketularan stress kalau kumpul sama kalian!”
Tit-tit. mobil Avanza berhenti di depan
kontrakan marni. Seorang pria paruh baya tersenyum di kursi sopir. Dia adalah Pak
Baryono, teman Marni yang kenal saat berkunjung ke warung kopi. Hatinya
sumringah karena pada akhirnya wanita incaranya mau di ajak tinggal
ditempatnya. Marni seakan memberi lampu hijau atas perhatian dan keroyalan Pak
Baryono.
“Ya Allah anakku benar-benar mau pergi.
Jagalah Luluk cucuku. Gak tega aku melepasnya huhuhu .., Takut terjadi
kenapa-kenapa sebab orang tuanya jarang sekali memperhatikannya.” Mbok Nah pun
berdoa sambil berderai air mata.
Setelah semua barang masuk kedalam mobil, Marni
duduk di depan. Sementara Joko menggndong Luluk masuk dan duduk di kursi
belakang. Sadar neneknya tidak ikut, Luluk menangis histeris. Kedua bola
matanya tertuju pada mbok Nah. Tangannya menunjuk pada mbok Nah. Seakan mengisyaratkan
bahwa dia tidak ingin berpisah dari orang yang tulus merawatnya. Namun kedua
orang tuanya tidak peduli dengan perasaan Mbok Nah apalagi Luluk.
Di sisi lain, sampailah Edwin dan Diffarina
di TPAC milik bu Eliz. Sebuah bangunan mewah, Dilengkapi ruangan berAC dan juga
fasilitas yang sangat memadai bagi anak berkebutuhan khusus. Satu anak di
tangani oleh satu guru dalam sau ruangan. Tentunya SPP bulanannya sangat
fantastis. Di persilakanlah mereka masuk menuju ruang wali murid.
“selamat sore Ayah dan Bunda dari Ananda Aldino.
Perkembangsan Ananda hari ini lumayan bagus. Ananda Aldino sudah bisa mengenal
warna. Kemampuannya untuk diam saat jam belajar juga meningkat. Semoga
kedepannya Ananda Aldino bisa menjadi semakin berkembang sebagai mana yang Ayah
dan Bunda harapkan.” Jelas bu Eliz.
Edwin dan Diffarina pun tersenyum Bahagia.
“Terimakasih telah mendidik anak kami
dengan sebaik mungkin Bu. Kami juga sangat merasakan perkembangan positif pada
diri putra kami.” Ucap Edwin.
“Terimakasih ya Bu. Oh iya ini kami kemarin
habis dari ziarah ke Sunan Giri Gresik. Ada oleh-oleh makanan khas tradisional
asal sana, Pudak namanya.” Lanjut Diffarina sembari memberikan oleh-oleh kepada
Bu Eliz.
Bu Eliz segera menerima pemberian
Diffarina.
“Oh iya Bunda terimakasih banyak. Saya pun
sangat menyukai makanan tradisional. Apalagi pudak. Sudah lama loh saya tidak memakannya hehe.
Nanti saya akan membaginya ke rekan-rekan guru lainnya.”
Kemudian mereka pun berpamitan.
Diperjalanan pulang Diffarina bercerita bahwa Aldino akan diperkenalkan oleh
seorang teman. Namanya Luluk. Aldino sangat senang. Sebab dirumahnya yang bag
istana, Ia jarang berinteraksi dengan anak-anak seusianya disekitarnya.
Sesampai dialamat kontrakan Marni. Mereka
turun dari mobil. Melihat kondisi kumuh dilingkungan Luluk membuat Diffarina
semakin iba. Sementara para tetangga rempong tidak berkedip melihat
kesempurnaan pasangan Edwin dan Diffarina.
Tok tok tok.
Pintu terbuka namun tidak ada jawaban.
Alangkah terkejutnya mereka melihat Mbok Nah pingsan diruang tengah. Mereka
segera berteriak minta tolong. Para tetangga pun berhamburan menolong.
Setelah agak sadar, Mbok Nah tak henti
memanggil nama Luluk. Mak Iyem menceritakan duduk perkaranya pada Edwin dan
Diffarina.
“Pi, Ayo kita susul Marni dan Luluk, Pasti
belum jauh dari sini.” Pinta Diffarina.
Edwin tidak menjawab.
bersambung kecerita selanjutnya
novel part 7 anak berkebutuhan khusus beda kasta beda fasilitas
KARYA : INTAN CAHYA