NOVEL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS BEDA KASTA BEDA FASILITAS Part 05 - intancahya.com
Cerita Kehidupan - cerita sebelumnya - “Hai .., Dasar penculik ! Berhenti kau kembalikan anakku!” Teriak Marni saat mengetahui anaknya bersama Edwin dan Diffarina didalam mobil.
Dengan sergap Marni meloncat kedalam mobil
dan merebut Luluk paksa. Aksinya membuat semua mata tertuju padanya.
“Hai kenapa kalian diam saja? Ayo hajar
penculik anak ini!” Teriak Marni lagi.
“Eitts tunggu-tunggu ! Kalian dilarang main
hakim sendiri! Dengarkan penjelasan kami dulu!” Seka Edwin.
“Penjelasan apa lagi? Sudah terbukti anakku
ilang berjam-jam ternyata kalian yang bawa! Itu apa namanya kalua bukan
penculikan?” Cecar Marni sembari bercekak pinggang.
“Tunggu Marni! Apa salahnya dengerin mereka
dulu? Kamu gak tau mereka siapa?” Ucap Bi Asih menenangkan Marni.
Sebelumnya Bi Asih telah mengetahui siapa
pasangan suami istri yang ada dihadapannya tersebut. Bahkan semua orang pun
tahu siapa meraka. Hanya Marni seorang diri yang tidak tau.
“Iya dengerin dulu napa sih! Mereka itu
konglomerat masak nyulik anakmu yang kayak gitu kan gak level!” Celetuk yang
lain.
“Eh biar jelek gini anakku masih punya
organ tubuh! Punya bola mata, Jantung , Ginjal, Empedu. Itu gak gampang
didapat. Kali aja mereka mau menculik anakku buat diambil organnya!” Ujar Marni
kepanasan mendengar anaknya disepelehkan.
Semua orang terdiam dan berpikir ada
benarnya yang diucapkan Marni. Namun mereka ingat bahwa keluarga Diffarina
memiliki Panti Asuhan anak yatim. Terkenal dengan kedermawanannya. Apakah
sampai hati jika ia berbuat sekeji itu. Dalam arti menculik anak untuk dibunuh
dan diambil organnya.
“Berhenti! Heh gembel! Beraninya kau tuduh
anak dan menantuku culik anak kau!” Semua mata terbelalak akan hadirnya Ibu Hj
Mardiyah.
“Tadi anak kau pingsan ditepi jalan, Anak
dan menantuku lah yang tolong dia, Dibawanya dia berobat, Kasih makan, Kasih
pakaian yang layak, Lalu dia sekarang nak bawa anak kau ke kepolisian biar
dapat jumpa dengan keluarganya. Ini berdua saksinya!” Jelas Ibu Hj Mardiyah
dengan membawa Pak Hasan dan Pak Ali selaku penyebrang jalan.
“Iya benar yang dikatakan ibu haji.” Jawab
Pak Hasan dan Pak Ali serentak.
“Ada cctv nya juga kok disana.” Lanjut Pak
Ali.
“Kalau kau tak percaya, Mari kekantor
polisi! Saksi dan bukti sudah ada. Kalau sampai terbukti anak saya tak
bersalah, Kami nak tuntut kau balik pasal pencemaran nama baik!” Ancam Ibu Hj Mardiyah membuat Marni
tertunduk.
Ia baru tau bahwa pasangan suami istri yang
membawa Luluk adalah anak dan menantu Ibu Hj Mardiyah. Juragan kontrakan
termasuk rumah yang dia tempati.
“Minta maaflah Marni sebelum semuanya
kacau!” Bisik Bi Asih.
“Iya iya daripada tamat riwayatmu.” Bisik
yang lain.
“Maafkan saya bu. Saya tadi panik jadi
tidak berpikir kedua kali.” Ucap Marni sembari hendak bersalaman namun Ibu Hj
Mardiyah menepisnya.
“Tak usahlah kau pegang-pegang tangan awak!
Kami dah memafkan, Sudah bubar bubar saya banyak urusan!” Ujar Ibu Hj Mardiyah.
Semua orang pun berlalu pergi. Ibu Hj
Mardiyah menatap Edwin dan Diffarina.
BACA JUGA : BEDA KASTA BEDA FASILITAS ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS part 3
![]() |
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS BEDA KASTA BEDA FASILITAS Part 05 |
“Lain kali, Kena hati-hati lah kalian kalau
tolong orang. Bukannya terimakasih malah tuduh sembarangan. Mereka tu orang
dari kampung kontrakan milik umi. Untung ada umi,kalua tak bias habis kalian
sama orang-orang yang tak bermutu tu.”
“sekali lagi maafkan saya bu haji!” Ucap
Marni memelas.
“Kami sudah memaafkanmu, Sebelumnya kami
meminta izin untuk membawa putrimu berkonsultasi ke psikolog, Kami menemukan
gejala down sydrom face pada diri putrimu. Boleh saya tahu siapa Namanya?”
Tanya Diffarina pada Marni.
“Namanya Luluk. Kenapa anak saya di bawah
ke psikolog? Anak saya tidak gila!” Marni balik bertanya dengan sensitive.
Dia memang jauh dari kata paham terhadap
dunia psikologi . Makhlum wanita yang tidak lulus sekolah dasar itu begitu
minim akan pengetahuan.
“Loh. Bukan gila tapi …”
“Tapi apa he? Intinya itu tidak gila, Tidak
setres! Anakku waras! Aku tidak mau jika anakku dibawa ke ahli gangguan jiwa
gituan!” Potong Marni dengan emosi.
“Sudahlah! Dia mana mungkin paham? Baca
tulis saja tak lancar! Sia-sia lah kalian!” Sahut Ibu Hj Mardiyah sambil
berlalu menaiki mobil Pajero miliknya.
Marni pun membawa Luluk berlari sekencang mungkin. Seolah-olah dia ingin pergi dari kenyataan hidup yang pelik. Airmatanya tumpah bersama segenap rasa lelah dan gelisah. Sedikit banyak ia telah merasakan keanehan dan keterlambatan perkembangan pada buah hatinya. Namun Marni sudah Lelah dengan tanggapan orang-orang disekitarnya yang cenderung menghina anaknya. Oleh karenanya dia menganggap semua orang sama saja. Termasuk Edwin dan Diffarina. Sehingga niat baik mereka dianggap basa-basi untuk menjatuhkannya belaka.
“Mohon maaf jika Marni, Ponakan saya sudah
su’udzon dengan Tuan dan Nyonya. Jujur. Sebenarnya Luluk memang sangat berbeda
dari anak-anak yang lain. Sudah tiga tahun lebih belum bisa ngomong ibu apa
bapak apa simbah. Belum bisa ngerespon saat dipanggil. Tingkahnya banyak
sekali, Suka berantakin isi rumah. Kalau marah atau sedih itu teriak-teriak
terus. Habis itu lempar-lempar barang. Atas kegaduhan tersebut ponakan saya dan
Luluk sering dicemooh para tetangga. Ada yang bilang anak sinting lah,
Idiotlah. Anak seusianya tidak ada yang mau berteman sama Luluk. Aaah kok saya
jadi curhat, Hehe maaf. Sudah sekian dulu saya mau pamit.” Jelas Bi Asih tanpa
sengaja kemudian pamit dan melangkah pergi.
“Tunggu!” Cegah Diffarina yang membuat Bi
Asih berhenti lalu menoleh.
“Papi, Aku merasa sangat kasihan dengan
kondisi dan kehidupan Luluk. Izinkan aku bertemu dengan orang tua Luluk. Dia
menolak karena tidak paham,” Pinta Diffarina kepada Edwin .
Sementara Edwin terdiam dan berpikir.
bersambung ke part 6 ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS BEDA KASTA BEDA FASILITAS